Suluk Kekembangan
"Sångsåyå dalu araras
abyor kang lintang kumêdhap
tistis sonya têngah wêngi
lumrang gandané puspita
karênghyan ing pudyanirå
sang dwijåwårå mbrêngêngêng
lir swarané madubråntå
manungsung sarining kêmbang."
-Suluk Pathet Sångå
Tetembangan suluk menyongsong fajar
Bunga-bunga dan embun pagi
Indah pesona kala dipandang
Harum semerbak aroma bunga
Tak heran kumbang terpikat
Kepak sayap cepat mengepak
Hinggap bergoyang tebar serbuk sari
Madu-madu bagai racun asmara muda-mudi
Semakin dipandang, semakin haus pula cintanya
Kerinduan di sisa musim dingin
Tat kala bunga-bunga bersembunyi
Kumbang-kumbang berdiam di liangnya
Sama-sama berpuasa
Menahan segala nafsu dunia
Kala musim semi tiba
Segala kerinduan terobat
Namun, apakah kau dapati madu selezat kala itu?
Tetembangan kembali bergema
Gwan sêmbah niréng hulun ,
kapurba risang murbèngrat ,
yéka kang asung mring wadu ,
mawèh boga sawêgung ,
masih ring dêlahan ,
gwan kanang amujwèngwang ,
ring jêng nataningrat ,
dutèngrat hutama manggiha nugraha ,
tarlèn siswa sagotra kang huwus minulya
- Suluk Pathêt Nêm Ageng
Nampak keakuan kumbang sirna
Patri cinta abdi simpuh sujudnya
Tat kala ia tak berdaya
Tergoda ke-elokan puspita
Jarak dan raga tak mengapa
Asal rasa telah menyatu
Jikalau memang kau mencintai kembang
Temuilah rembulan tat kala purnama lima belas
Pada sebuah kisah kasih itu
Ia memulai terbang menggapai rembulan
Tetembangan kembali bergema
Tan samar pamoring suksma ,
sinuksmaya winahya ing ngasêpi ,
sinimpên têlênging kalbu ,
pambukaning warana ,
tarlèn saking liyêp layaping aluyup ,
pindha pêsating supêna ,
sumusuping rasa jati
-Pangkur, Serat Wedhatama bait 13
Jelang candra tengah memuncak
Kumbang mulai kepak menghadap
Kembang harap cemas menunduk
Tak sampai singgasana
Nampak bayu bertiup menghadang
Rasa tak mau kehinaan menodai bathara
Namun kumbang bersikukuh pada cintanya
Tabir langit terpukau
Satu demi satu dibukakannya tabir itu
Kartika menjadi saksi cinta kumbang
Dialah kumbang sampai dihadapan bathara candra
Dalam duduk simpuhnya
Kumbang sertakan pesan kembang
Akan sebuah restu bumi
Membawa sejuk nan asri
Kalam bathara pada kumbang
Tak perlu restuku untuk sebuah cinta
Karena kau temukan itu di setiap jalan
Menuju singgasana ini
Kumbang tak mengerti
Ialah isi dunia yang dihiraukan
Membuatnya telah terbiasa
Meski tak sedikit yang kagum akan dirinya
Kalam bathara pada kumbang
Keinginan untuk mengajarkan ketulusan
Memurnikan rasa sejati
Sebelum kemudian menjadi tak berarti
Tak lama, candra silaukan jagad
Kumbang menjadi adam
Kembang menjadi hawa
Ia bukan lagi hewan dan tumbuhan
Ialah manusia yang jatuh dari surga
Melahirkan sekelompok yang sering lupa
Pada hakikat penciptaan di atas dunia
Yang tersisa dari pagi hanyalah sepi
Kekembangan nampak hilang ditelan ramai
Sementara kumbang mati tersedak upas
Komentar
Posting Komentar