Cinta Tanpa Jarak



Sejuk canda bayu mengelus rambut hitammu. Menyelinap menyisakan kelam. Raut wajahmu pancarkan sedih karena ditinggal kekasih. Lelaki macam apa yang tega menelantarkan cintamu hingga retak patah istana yang telah kalian bangun? Apakah kau sudah melontarkan kata kutuk dan umpat benci karena itu? Mungkin perempuan selembut dirimu tak mungkin melakukannya. Kau hanya pasrah ditikam-tikam lara, sembari meminum anggur yang terbuat dari janji-janjinya yang memabukan. Mestinya dirimu tak perlu bersikukuh mempertahankan tembok-tembok yang hampir runtuh itu. Biarkan ia menjadi puing berserakan. Atau mungkin, engkau terlanjur terlalu dalam mencintai hingga tak tahu kemana mesti menyandarkan resahmu.

Sementara aku hanya mampu melihat wajah ayumu bermuram sepi ditengah gemerlap pesta pora. Sesekali aku ingin sekali mengusap air matamu yang berlena menyusuri pipi halusmu dan kemudian jatuh membasahi permukaan tanah. Aku takut ketika bumi mendengar isak tangis laramu, ia akan mendekapmu dengan segala yang ia miliki. Hingga aku tak memiliki celah lagi untuk mendekat dan memadamkan lara di hatimu. Tatap matamu yang sayu kabarkan lelah tertikam pilu. Aku mungkin seorang bajingan yang menapaki jalan kegelapan. Tapi percayalah, dalam kalbu sukmaku masih memiliki rasa. Maafkan aku yang sok tahu mengenai rasa. Mungkin kau butuh teman bicara, nona? Mungkin akan kau antar engkau pada sebuah kedai yang sepi. Entah karena apa, aku merasa kita yang tak pernah saling mengenal ini mungkin dapat duduk pada meja bangku bersama. Mungkin aku bisa sedikit bisa menghiburmu melalui alunan gitar dan kidung tentang bahagia atau sesekali menceritakanmu tentang sebuah kisah bahagia. Setidaknya luka menganga itu sedikit terobati, meski tak akan kembali seperti sedia kala. Seperti halnya kertas yang telah diremas-remas, tak akan kembali mulus seperti sedia kala.

Kita sama-sama mengenyam sepi. Namun, hanya engkau yang rasakan kesepian. Aku telah mengenyam sepi sejak rinai hujan tak lagi turun membasahi jiwa, tapi memilih menghujam dengan keras pikiran yang tertuankan. Sukmamu, ragamu dan pikirmu butuh dangau persinggahan, setelah lama tak rasakan kasih dari kekasih. Merelakan diri pada rindu yang menganga hampa karena tak temui balas. Aku tahu, yang kau butuhkan bukan temu. Tetapi sekedar rasa yang tak mengenal jarak.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Parade Kematian 2021

Duel Pecel Tumpang vs Pecel Lele! Fafifest Gemparkan Permusikan Kediri

Merchant PERTANIAN HARI INI sudah bisa dipesan! Take it All only 200k!!