Parade Kematian 2021

Kematian demi kematian datang silih berganti. Begitu mereka bilang "musim orang mati". Mulai mitos keranda terbang hingga fakta kematian akibat virus yang tinggi. Kembali lagi saya tegaskan bahwa kematian bukanlah tragedi, namun penyebab kematian itulah yang harus dicermati dan diselidiki. Banyak orang mati tua, juga tak sedikit mereka yang mati muda. Memang syarat mati tak harus tua dan juga tak harus sakit. Semua bisa dijemput kapan saja dan dimana saja. Ada yang mati kelaparan di gubuk reot penuh tagihan hutang, ada pula yang mati di pangkuan kekasih. 

Ketika manusia lahir, mereka memulai proses kematian mereka. Meski mengetahui itu semua, manusia tetap menempatkan kematian sebagai terror terbesar, meskipun sebagian mereka menghiraukan perkara maut demi menghidupi hal yang mereka sayangi. Ada kawan berkata, "Jangan mati dulu, jika kamu mati, orang yang kamu sayangi akan kehilanganmu". Entah disadarinya atau tidak, proses mencintai mestinya tak menuntut balas. Kata-kata itu berlawanan dengan, "Jangan mati dulu, jika kamu mati, orang yang mencintaimu akan kehilanganmu". Tipis, tapi dalam. 

Perkara maut, kita sama-sama tidak tahu. Mungkin nanti atau esok tidak ada seorangpun yang tau. Kematian mestinya tak perlu diwarnai air mata, tetapi karena belum terbiasa kehilangan air mata tak bisa dihindari. Belum lagi perkara manusia yang mudah terkejut atas sesuatu yang terjadi secara tiba-tiba. 

Ada kawan juga yang berkata, "enak mati". Padahal setelah memberitahu foto bersama sahabat kami yang akhirnya saya balas, "lebih enak bertani kan?". Sontak setelah ia mengatakan "enak mati" langsung kubalas dengan, "lebih enak tidak dilahirkan". Tapi percayalah ada alasan tertentu atas kelahiranmu. Tuhan tak akan salah memilih takdir meski banyak yang menyalahkan Tuhan karena takdir. Maaf jika aku membawa Tuhan pada malam tabur bunga.

Aku tak tahu pasti kapan parade kematian ini akan berlalu. Setidaknya, ini memang bagian dari upaya membuat dunia yang penuh sesak menjadi sedikit longgar. Bayangkan jika tidak terjadi semua ini, betapa ramainya sebuah malam dengan pesta dan kembang api? Sementara beberapa orang mendambakan ketenangan dari sekedar bertukar kabar dan melabuhkan mimpi di ranjang untuk kemudian esok bekerja mencari penghidupan. 

Malam yang nyaman untuk sekian kata yang saya paham akan sedikit yang akan membaca. Tapi, perihal menulis bukan semata-mata untuk dibaca. Mereka (tulisan-tulisan) akan membeku selama tidak dikoyak kodenya. Akan menjadi artefak kemudian hari yang menggambarkan masa lalu. Setidaknya ini cara saya menambah umur dalam kehidupan yang cukup singkat.

Ah, kematian. Semoga kalian yang masih diberi umur tidak menyia-nyiakannya. Hidup ini indah meski harus berpapasan dengan popor M15 di malam pertama pernikahan. Lanjutkan kehidupan dan tetaplah sehat. Meski saya tahu, tidak ada yang benar-benar sehat. 

Terima kasih.