Riant Daffa dan Album Janggal
MUSIK, siapa menyangka berawal dari iseng dan mencoba rekaman sendiri di kamar melahirkan sebuah karya? Itulah gambaran pembuatan lagu-lagu saya yang kini telah bisa dinikmati di berbagai platform musik, seperti Spotify, Deezer, Soundcloud, Youtube dan lain sebagainya. Pembuatan tergolong sederhana dan menggunakan alat rekam apa adanya. Musik saya pada album Janggal bermuatan absurd. Banyak dari pendengar mengatakan liriknya mengandung makna konflik akhir-akhir ini.
Sebenarnya dalam pembuatan lirik juga tidak sepenuhnya saya garap sendiri. Saya juga meminta bantuan teman seperti di lagu Janggal. Lirik lagu Janggal digarap Doli Marzuki Siregar yang merupakan kawan ngopi saya. Dalam prosesnya lagu Janggal merupakan irama saja, kemudian baru saya kirim irama tersebut ke Mas Juki. Penemuan iramanya pun juga sederhana. Setelah berkontemplasi di Candi Badut saya menemukan sambil bergumam di perjalanan pulang. Lantas, sesampai di kamar kos, langsung saya buka laptop dan memulai rekaman sederhana.
Selanjutnya lagu Bulan pun Layu. Lagu ini liriknya saya ambil dari puisi Wayan Jengki Sunatra yang dibuatnya untuk pelukis Kardana. Entah apa alasan saya memasukan lagu ini dan mengambil tangga nada minor untuk pembuatan iramanya. Kala itu masih dengan gitar custom yang saya beli seharga 600 ribu rupiah dan belum membeli soundcard. Maka jangan heran jika pada lagu ini terkesan di perbesar suaranya untuk mencapai gelombang yang diinginkan. Tapi kala itu melodi sudah menggunakan efek gitar. Jadi, terdengar jelas chorus, compresor dan reverb pada melodinya.
Lanjut lagu ketiga yakni Aku Rindu. Lagu ini adalah hasil iseng Tri Raharjo dan Dimas Wahyu Binangun di panggung fakultas. Lirik dibuat dari puisi Dimas dan Tri mencari nada untuk lagunya. Dari hasil jadi tersebut dikirimnya ke grup Sajak Lestari. Berhubung bagus dan masuk ke keresahan saya akhirnya saya rekam ulang dengan memperbaiki beberapa yang kurang. Rekaman jadi saya kirim ke grup dan menuai respon positif dari kawan-kawan. Akhirnya saya basa basi bagaimana lagu ini saya pakai untuk lagu saya saja. Alhasil, mendapat persetujuan baik dari Tri dan Dimas. Akhirnya masuklah di urutan ketiga di album saya.
Lagu keempat yakni Temukan Tenang. Lagu ini lirik dan irama saya garap sendiri. Proses rekamannya ketika hujan. Maka, jika dicermati terdengar seperti hujan di lagu ini. Tapi, menurut saya tidak apa-apa karena turut membantu dalam menciptakan atmosfer di lagu ini. Setelah lagu ini jadi, keesokan harinya saya buat satu lagu lagi yang masih senapas dengan lagu sebelumnya (jika dicermati petikan gitarnya) . Lagu tersebut bertajuk Merayakan Sunyi yang terinspirasi perjalanan saya beberapa hari mendaki gunung dan keriuhan kota yang membuat manusia susah menemukan dirinya.
Lagu keenam yakni Raih Cahaya yang saya buat jauh setelah lima lagu di atas. Raih Cahaya merupakan titik bangkit dari keterpurukan. Proses rekamannya pun bukan di kamar kos, melainkan di kamar rumah kakek di Kediri. Banyak inspirasi untuk menciptakan lagu ini. Mulai dari keresahan saya terhadap sekitar hingga teman-teman yang sedang terpuruk di kegelapan (termasuk saya juga). Alhasil, lagu Raih Cahaya bisa juga digunakan sebagai lagu motivasi. Teruslah tumbuh, raih cahaya.
Lagu terakhir dari album ini yakni Di Ujungnya Ia Bertanya. Lirik saya buat ketika mengantar adik ke rumah sakit karena demam. Ketika itu saya sedang suntuk dan mencari hiburan dengan menulis. Kemudian ketika proses rekaman, saya iseng cari nada untuk lirik tersebut. Dan jadilah lagu ini dan saya letakan di urutan ketujuh Album Janggal.
Sebelum Album Janggal sendiri saya share, lagu Janggal sudah saya share terlebih dahulu. Mungkin untuk sekedar jawaban sederhana, ketika ditanya "mana karyamu?", Saya bisa tunjukan lagu ini. Kemudian untuk video klip versi DEMO digarap bersama Iqbal Abdillah yang juga merupakan foto dan videografer yang sedang menyusun portofolio untuk karyanya. Lagu Janggal versi Album saya garap bersama Tania Rossanti Sugiarto sebagai vocal perempuan dan Elsafira Akrama Nabilahasna sebagai pengisi biola yang juga saya ajak main bersama di beberapa acara. Proses mastering dan rekaman akhir ini saya lakukan di Kedai Teposeliro yang menjadi tempat ngopi dan berkarya kawan-kawan.
Pada akhirnya, Album ini saya launching pada acara ulang tahun Indie TV Kediri yang menjadi tempat share dan menampung berbagai musisi dari berbagai genre di Kediri. Peluncurannya pada tanggal 8 Februari 2020 di Bengkel Cafe Kediri. Acara dihadiri oleh berbagai kawan mulai dari kawan-kawan Indie TV sendiri, Read Cafe dan banyak komunitas lain. Setidaknya selama proses setahun bersolo karir saya sudah melahirkan karya yang masih banyak kurangnya ini. Bersamaan dengan postingan ini saya ucapkan terima kasih untuk semua kawan yang membantu melahirkan album ini. Maaf jika beberapa tak saya sebut namanya dan saya harap memaklumi saya yang pelupa ini. Semoga kita semua masih bisa menebar kebaikan dan terus berkarya. Terima kasih sebanyak-banyaknya.
Komentar
Posting Komentar