Siang yang Muram
Bukan siapa yang muram, tetapi yang terlihat pintar terlihat mengerikan dan berbahaya - otak manusia adalah senjata yang lebih hebat daripada cakar singa. - A. Schopenhauer
Kecenderungan manusia mengikuti arus. Seperti halnya ikan-ikan sungai menuju muara. Sementara salmon melawan arus dan bertelur di hulu. Disamping itu, seorang petapa duduk bersila disamping tongkatnya. Bukan sekedar mencari sejatinya diri tapi sebelumnya mengenal sebuah kesadaran.
Setelah selesai, seseorang berdiri meraih akar-akar gantung. Sembari berjalan melancarkan sirkulasi darah, ia menuju ke sebuah goa. Dalam goa, seekor kera dengan mata penuh lamunan menatap ke arah luar. Sungguh, kera itu hanya diam dengan tubuh kurusnya.
Sementara siang semakin menyalak, para petani kembali ke rumah atau memilih berteduh di gubuk. Sebagian menghabiskan waktu dengan tidur, sebagian menghabiskan waktu dengan bertemu kawan. Sebagian yang lain muram meratapi nasipnya. Seaakan alam tak pernah berpihak padanya, meresahkan.
Memulai kembali mantra luka yang kembali dikumandangkan. Menikmati derita sehari-hari. Pagi siang sore bahkan malam. Aku diperkosa setiap hari, dan aku menikmatinya. Derita adalah bentuk nikmat yang paling cadas.
Komentar
Posting Komentar