Kebebasan dan Kebenaran

"Cause there's too many places I've got to see
But, if I stayed here with you, girl
Things just couldn't be the same
Cause I'm as free as a bird now
And this bird you can not change"


Lirik lagu dari band kenamaan Amerika, Lynyrd Skynyrd yang sudah tidak asing di telinga para penikmat game era 2000an. Lagu ini bisa didengar di game Grand Theaft Auto San Andreas dan Guitar Hero II yang meledak dipasaran pada saat itu. Lagu bertajuk Free Bird ini berkisah tentang kepergian seorang pengelana yang menangguhkan dirinya ada Free Bird yang tidak bisa diubah takdirnya sebagai pengelana.

Burung yang bebas ialah mereka yang dapat keluar dari sangkar jeruji yang mengekang. Terbang tinggi menembus awan, menantang angin yang tak pasti arahnya hingga menikmati suasana di puncak cemara di lembah asri nan sejuk. Roh lagu ini adalah kebebasan menyusuri dunia, mencari makna walau mesti meninggalkan yang terkasih. Walau demikian, bagaimana seorang rela meninggalkan kemapanan demi kebebasan?

Kebebasan telah menjadi tema penting dalam pergulatan manusia mengisi dan menjalani hidupnya. Manusia mencoba terus mencari, mengerti dan memaknai kebebasannya. Sekarang ini, semakin mencengkerammnya modernitas yang mengedepankan rasionalitas, kebebasan semakin menjadi subyektif seolah kebenaran ditentukan hanya oleh diriku. Memang, selama kebebasanku tidak bertentangan dengan hukum positif, maka tak masalah. Tetapi di dalam era modernitas terjadilah pergeseran pertentangan bahwa yang dipertentangkan oleh kebebasan bukan dengan hukum positif tetapi justru moral ataupun nilai-nilai universal yang terkandung di dalam hukum kodrat. Kebebasan modernitas seperti mau menolak realitas metafisik sebagai yang benar dan yang baik. Misalnya kebebasan tubuh sehingga perempuan berhak menentukan kehidupan janinnya.

Kebebasan. Siapa yang tak menginginkannya, siapa yang mencintainya, siapa yang tak mengharapkannya. Para penyair memujinya, para politikus menjanjikannya, para aktivitis memperjuangkannya, para filsuf merefleksikannya. Akibatnya, ada berbagai macam bentuk kebebasan antara lain kebebasan berserikat, ada kebebasan beragama, ada kebebasan politik, ada kebebasan berpikir dan seterusnya. Sebenarnya apa itu kebebasan? Apakah kebebasan itu ada dan bagaimana cara membuktikannya?

Kebebasan definitif melahirkan tanggung jawab. Tanggung jawab melekat dan ada pada diriku jika tindakanku tergantung pada aku; jika aku yang memprakasai tindakanku; jika aku memegang inisiatif di permulaan tindakanku: jika aku bebas. 

Kebebasan dan tanggung jawab mengukir identitas manusia: kebenaran. Tanggung jawab yang melekat pada kebebasan manusia mengantar kebebasan kepada kebenaran. Sebab, kebebasan bertanggung jawab merupakan kapasitas yang dimiliki manusia yang mengarahkan diri secara otomatis dan menetapkan orientasi menuju kepada kebenaran. Aku melakukan kebaikan karena aku menginginkannya sekaligus bertanggung jawab karena ada kebenaran dan bukan melakukan apa yang kuinginkan berdasarkan melulu kesenanganku, naluriku dan menolak tanggung jawabku. Berkehendak  untuk menjadi bebas dan memiliki keberanian untuk bebas menyertakan pula tanggung jawab.

Menurut Kant, kebebasan diungkapkan oleh hukum moral. Menarik bahwa menurut Kant hukum moral sendiri adalah ratio cognoscendi kebebasan karena dengan bertindak sesuai dengan hukum moral orang mengetahui bahwa dia memiliki kebebasan. Di sini, Kant merujuk pada aktualisasi dan konkretisasi kebebasan sehingga hukum moral sebagai ratio cognoscendi kebebasan menunjukkan bahwa kebebasan dapat diketahui dan dirasakan melalui akal budi praktis. Tetapi menurut Kant hukum moral juga merupakan ratio essendi kebebasan karena moral mengandaikan kebebasan. Moral dapat direfleksikan dan ditemukan karena adanya kebebasan.

Jelas bahwa hukum moral sebagai baik ratio cognoscendi dan ratio essendi kebebasan merupakan produk dari akal budi. Akal budi selalu identik dengan kebenaran karena dengan akal budi manusia tahu mana benar mana yang baik dan mana yang keliru dalam tataran kognitif.

Hukum moral bergema di dalam suara hati. Suara hati adalah tindakan akal budi yang selaras dengan norma-norma obyektif dan prinsip hukum moral. Kebebasan yang benar didasarkan pada suara hati yang benar. Kebebasan suara hati diteguhkan dengan kesesuaiannya pada kebenaran. Kita bebas melalukan apa saja secara moral yang tidak melawan suara hati. Kebebasan suara hati bukanlah kebebasan yang memisahkan dirinya dari kebenaran tetapi kebebasan suara hati selalu menyertakan kebenaran.

Supaya dapat memiliki suara hati yang benar dibutuhkanlah moralitas. Konsekuensinya moralitas semakin membebaskan dan membawa kebebasan sekaligus menciptakan kebebasan yang bertanggung jawab. Di sini pertobatan menjadi relevan karena pertobatan membawa diri untuk mengubah orientasi tujuan hidup dan memperbaiki sejarah sehingga mengubah dan membiarkan diri mengambil arah, pola baru dalam koridor moral. Memang suara hati dan moralitas saling terkait satu sama lainnya, keduanya memiliki direksi yang timbal-balik.

Supaya dapat memiliki suara hati yang benar dibutuhkanlah moralitas. Konsekuensinya moralitas semakin membebaskan dan membawa kebebasan sekaligus menciptakan kebebasan yang bertanggung jawab. Di sini pertobatan menjadi relevan karena pertobatan membawa diri untuk mengubah orientasi tujuan hidup dan memperbaiki sejarah sehingga mengubah dan membiarkan diri mengambil arah, pola baru dalam koridor moral. Memang suara hati dan moralitas saling terkait satu sama lainnya, keduanya memiliki direksi yang timbal-balik.

Di era modernitas banyak orang menghidupi kebebasan dalam ukuran pragmatis akan kenikmatan, kekayaan dan kekuasaan. Krisis kehidupan pun semakin menajam karena fondasi kebebasan ditebas.  Krisis kebebasan sekarang ini berakar krisis akan kebenaran ataupun krisis pada metafisika itu sendiri. Orang yang tidak menghidupi dan mendasarkan kebenaran, kebebasannya pun akan kehilangan keutuhannya. Buktinya, semakin banyak tuntutan demi kebebasan tetapi moral semakin rendah; kemudahan semakin menguat tetapi rasa kemanusiaan semakin tipis; kenikmatan semakin merajalela tetapi kententraman hati semakin berkurang dan kegundahan semakin pekat. Jadi dunia yang tanpa kebenaran membuat kebebasan kehilangan fondasinya dan manusia sendiri menjadi korban kekerasan dan manipulasi baik secara terbuka maupun tersembunyi.

Kita ditakdirkan untuk bertindak di dalam kebebasan tetapi di sisi lain kebebasan juga bisa berbahaya dan menjadi kutukan bagi kita dan dunia sekitarnya pada saat kita memilih kejahatan dengan kebebasan kita. Maka temukan itu lalui kelana jalan hidup dan semua jawaban itu tidak berada di perpustakaan. Buku-buku perpustakaan hanya mampu memberi metode. Kita sendiri yang harus merumuskan keadaan. Antara kebebasan dan kebenaran.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Parade Kematian 2021

Duel Pecel Tumpang vs Pecel Lele! Fafifest Gemparkan Permusikan Kediri

Merchant PERTANIAN HARI INI sudah bisa dipesan! Take it All only 200k!!