Bom Waktu: bag 1
"Apakah kau telah menemukan bomnya?"
"Dimana kau tau ada sebuah bom?"
"Ssshhhh"
*Senyap*
"Apa yang kau dengar?"
"Aku tidak mendengar apapun kecuali suara meteran listrik kita yang terus mengamuk sedari kemarin"
"Ssssshhh"
*Senyap kembali*
"Ada apa denganmu?"
"Dengar baik-baik!"
"Aku tidak mendengar apapun kecuali itu tadi ditambah suara jerit tangis anak tetangga yang mengeluh kelaparan"
"Apa ada nasi di belakang?"
"Tidak, beras terakhir kita hanya cukup untuk makan tadi pagi"
"Besok kita makan apa?"
"MAKAN JANJI MANIS OLIGARKI!"
"Ssshhhh, jangan keras-keras"
"Ada apa denganmu? Tidak biasanya kau seperti ini"
"Sudah kau temukan bomnya?"
"Kau sudah gila ya? Setelah menganggur 3 bulan akibat PHK sepihak tanpa pesangon? Motor sudah kau jual, akta rumah kau gadaikan, segala yang bisa kau jual kau jual. Sekarang tidak tersisa apa-apa lagi"
"Aku bertanya tentang bom yang bisa meledak sewaktu-waktu"
*suara gelas pecah*
"Kucing sialan!"
"Bagaimana? Kau menemukan dinamit yang terhubung dengan waktu hitung mundur?"
"Kau sudah gila!"
"Aku berbicara tentang kematian kita"
"Ada apa dengan kematian? Bukannya itu hal yang banyak terjadi akhir-akhir ini? Kulihat di berbagai media banyak yang membicarakan hal itu"
"Bom waktu itu ada di sekitar sini tadi aku lihat"
"Apa kau mau bunuh diri?"
*senyap beberapa saat*
"Kau ada rokok?"
"Cari saja kasbon kemudian linting saja jadi rokok"
"Aku bertanya pada seorang kere yang putus asa"
"Salah sendiri"
*mengambil selisong marijuana indica*
"Kau butuh ini untuk menenangkan dirimu"
"Kau dapat dari mana?"
"Pertanyaanmu sudah seperti intelejen baru saja"
*menghisap perlahan*
"Hah, kau benar-benar tidak menemukan bomnya?"
"Aku tidak tahu"
"Bantu aku mencari"
"Rumah kita ini sudah ukuran kecil, mau cari dimana lagi?"
"Tong sampah sudah dicek?"
"Sudah, tetap tidak ada"
*Diam sembari menghisap rokonya*
-
Bersambung
Komentar
Posting Komentar