Untuk Kekasih yang Selalu Ku Semogakan

Suatu ketika, kita akan mengawali hari seperti apa, sayangku? Kita hanya menerbangkan angan-angan di kala angin sedang baik. Sementara tidak ada yang menjamin esok akan lebih baik. Banyak tabir menutup hari esok dan aku tak mampu merengkuh sadarku untuk menyentuhnya. Sepi. Mungkin hari-hari terakhir diumurku yang semakin menua aku hanya harapkan engkau untuk menjadi lebih baik menurutmu. Itu saja. Aku tak pernah meminta berlarut karena segala yang kugenggam pada akhirnya akan musnah. 

Aku tak peduli sinar matahari pagi tat kala malam begitu nyaman untuk bercerita pada diri sendiri. Mengawali percakapan dengan "bagaimana kabarmu?" nampak bagus dilakukan di depan cermin. Namun, tau kah engkau berapa orang diluar sana yang memilih diam karena berbicara saat ini adalah hal sensitif? Sering kali aku yang merendah akan semua situasi yang kian memburuk. Sepertinya di hari spesialku aku tak menginginkan apapun. Semua menjadi membosankan ketika angka menjadi sebuah kacamata untuk melihat manusia. Siapa yang berbicara dua anak cukup adalah upaya menggenalisir bahwa semua orang sama saja meski keistimewaan tetap milik mereka yang berkuasa.

Aku mulai bosan dengan video bunuh diri yang beberapa bulan terakhir sering kukunjungi. Kehadiran aquarium dan beberapa ikan dan tanaman rasanya membuat keadaan sedikit membaik. Dikala senggang sering kali aku bertanya, "Hey ikan, apakah kau tidak iri dengan ikan lain yang bernasib tak senaas dirimu? Berenang bebas di perairan hulu yang tenang atau di perairan hilir yang ramai". Mungkin ketika kadar amoniak meningkat dan ia mulai stress ia akan permukaan sembari menjawab, "Tidak ada yang dapat memilih ia dilahirkan sebagai apa. Semua sudah ketentuan". Bukankah begitu?

Baru-baru aku sering membaca jurnal. Entah tentang sosial atau tentang upaya perbaikan kualitas air aquarium. Sore tadi aku membaca tentang waktu terbaik untuk meminum kopi. Tentu, yang diceritakan oleh Miller adalah orang kebanyakan. Orang-orang yang melakukan rutinitas bangun pagi untuk bekerja, pulang sore dan istirahat di malam hari. Menurutku waktu terbaik untuk minum kopi itu tidak ada yang menentukan. Waktu terbaik meminum kopi ketika engkau tau disecangkir kopi itu ada tawa riang anak dari petani kopi yang bahagia karena mampu menyelesaikan studi kuliahnya, ada kebahagiaan roastery karena beannya memasuki pasar mancanegara, ada bahagia para barista karena cicilan rumahnya lunas, ada sujud syukur para musisi reguler di cafe yang diperpanjang kontraknya dan ada senyumanmu yang bahagia setelah menyuguhkan kopi kepadaku yang nampak lesu setelah bekerja. 

Tapi dibalik itu semua, harapku hanya engkau dapat bahagia dengan segala yang engkau anganmu. Sementara aku bisa menahan segala anganku untuk mendahulukan anganmu. Karena mungkin anganku hanya bersamamu, kekasih. Jika kau bertanya akan kabarku, maka aku akan selalu baik-baik saja ketika engkau senang dan akan buruk ketika engkau bersedih. Bersabarlah, semua akan baik pada waktunya. Aku percaya itu.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Parade Kematian 2021

Duel Pecel Tumpang vs Pecel Lele! Fafifest Gemparkan Permusikan Kediri

Merchant PERTANIAN HARI INI sudah bisa dipesan! Take it All only 200k!!