Kedai Kopi Kediri di Sebelah Lintasan Kereta Api

Sore tadi (12/02/21) bertepatan dengan tahun baru imlek, angin membawa saya ke kedai kopi ini. Namanya Aloha. Kedai kopi ini terletak di sebelah perlintasan kereta api atau lebih tepatnya di daerah Kaliombo. Untuk informasi lebih jelasnya kalian bisa browsing saja di Google Map. Tanpa peranai apa-apa, saya kesini untuk menikmati sore dan kopi (bukan anak indie). Ngomong-ngomong soal indie yang berarti independent atau merdeka atau bebas dan sebagainya, mungkin beberapa dari pembaca pernah membaca tentang kebebasan yang pernah saya tulis beberapa bulan lalu. Jika belum bisa klik disini.

Kebebasan adalah hal utopis yang didambakan orang-orang. Seperti kebebasan berpendapat yang masih banyak aral yang membuatnya tidak benar-benar bebas atau kebebasan memilih yang pada akhirnya hiduplah yang memilihkanmu jalan. Lantas, apakah manusia hanya sebagai wayang dan tak memiliki kehendak? Bisa jadi demikian. Ketika manusia memilih mengalir menerima jalan takdir. "Ya mau bagaimana lagi,  kerja sekarang susah sementara istri dan anak juga butuh diisi perut dan keinginannya". Hal tersebut sering didengar di linkungan kerja khususnya pekerja kantoran dengan deadline berjubel setiap saat. Atau seperti, "Musim seperti ini gairah pasar untuk membeli menurun karena orang-orang memilih untuk berhemat". Padahal setiap hari saya amati tidak ada sepinya pusat perbelanjaan (kecuali ramayana kediri). Antrian di meja kasir selalu teruntai seperti cacian netijen di thread berpolemik. 

Di Aloha saya bertemu dengan kawan yang lumayan baru saya kenal. Ia lulusan Filsafat UGM tahun 2014 yang saat ini menikmati masa luangnya. Saya melempar opini dengan dalih merindukan deadline berhubung saya tipikal orang yang suka deadline dan sudah biasa tergesa-gesa. Seperti biasa, dengan wajah biasa saja ia menjawab, "Ya orang berbeda-beda". Memang.

Menyikapi kebebasan pun kedewasaan orang-orang juga berbeda-beda. Ada yang menganggap prostitusi dan minuman keras adalah hal yang biasa dan juga ada yang menentang itu semua dengan budaya khas ketimurannya. Begitulah manusia, proses filsafat tentang manusia itu sendiri tidak akan tuntas. Akan ada generas X,Y,Z atau mungkin sampe ZZ (mengikuti urutan di ms.excell) jika dunia diijinkan untuk berumur lebih lama lagi. Jadi menurutmu kebebasan seperti apa yang seharusnya dianut oleh manusia? Sebebas apakah manusia itu? Sudah sejauh mana manusia mengenal kebebasan? Sebebas apakah aku? Mungkin jawabannya bisa sambil melihat dirimu dari sudut atas sebuah ruangan, eagle eye, frog view atau sudut pandang yang membuatmu berpikir "ah beginilah hidup". 

Disamping mengenai kebebasan, wacana menarik adalah, "Setiap orang akan menemui titik krisisnya dan itu baik untuk kehidupannya". Seorang kawan mengisi masa krisisnya dengan melukai dirinya. Beberapa yang lain menulis di berbagai media. Ada juga yang mengisi keadaan krisis itu dengan push the limit dengan menyendiri karena lelah dengan berbagai kata dan angka. Setelah krisis itu selesai, orang akan terlahir kembali. Masih dengan metode terluka yang sama namun dengan pembawaan yang berbeda. 

Oke, menyoal kopian pinggir rel kereta ini. Menurut saya cukup nyaman dengan beberapa ruangan indoor dan beberapa kursi di outdoor yang nyaman dinikmati ketika sore maupun malam hari. Untuk Jumat tadi, kopian ini buka setelah jumatan sampai mungkin nanti jam 20.00 atau 21.00 tergantung ada satgas atau tidak. Mengingat Pemkot Kota Kediri sedang menjalankan PPKM berbasis mikro. Mungkin segini dulu tulisan ngalor ngidulnya sampai jumpa lain waktu. Salam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Parade Kematian 2021

Duel Pecel Tumpang vs Pecel Lele! Fafifest Gemparkan Permusikan Kediri

Merchant PERTANIAN HARI INI sudah bisa dipesan! Take it All only 200k!!