Aquarium
Ikan di dalam aquarium bertanya tentang kebebasan dan kemerdekaan. Kesana kemari memakan lumut yang tumbuh subur di kaca dan bebatuan. Kadang bermain arus yang tercipta dari pompa air yang membuat air bersikulasi. Apakah kebebasan itu?
Kebebasan adalah upaya menemukan batas-batas. Menentukan batas seperti halnya aquarium berukuran panjang 40 centimeter ini. Lompat keluar lalu mati atau bertahan di aquarium dengan ekosistem yang penuh dengan kepalsuan. Apakah puan dan tuan sekalian juga demikian?
Perjalanan menemukan batas karena kemampuan juga terbatas. Kemampuan finansial, fisik hingga spiritual masing-masing individu berbeda. Alih-alih kebahagiaan, mungkin puan tuan cukup mengerti atau minimal pernah merasa bahagia.
Ikan-ikan di dalam aquarium tidak pernah diberi makan karena makanannya tersedia di aquarium tersebut. Memang di desain seperti itu rupanya, menggunakan air dengan TDS tinggi dan cahaya lampu lebih dari 8 jam perhari membuat lumut yang menjadi makanan ikan-ikan ini tumbuh subur. Tak jarang diskriminasi terjadi antar ras ikan kuning dan hitam putih beradu. Mereka yang kuat akan menang dan yang kalah akan tersingkir lalu mati. Begitulah hukum rimba yang terjadi di ekosistem buatan kecil ini.
Kemudian, manusia menyebut ikan dalam aquarium kecil ini tidak bahagia karena sebagian mereka tau, hendaknya ikan ditempatkan pada wadah yang lebih besar. Bagaimana mereka tau sementara mereka tak berkenalan dengan masing-masing ikan tersebut. Mereka berkata, ia menangkap dari gerak geriknya di aquarium. Ah, nampaknya hanya diagnosis jika yang mengataknnya telah melalui riset dan dianggap terpelajar di bidang perikanan. Jika tidak, hanya bualan yang nantinya akan menguap bersama air aquarium itu ketika menerima panas dari lampu LED berdaya 7 watt itu.
Sedari tanggal 7 Juni 2021 ketika membawa aquarium ini ke kedai, sudah banyak nyawa melayang. Mulai dari kutu air hingga ikan yang tak mampu beradaptasi dengan lingkugannya yang baru. Bagaimana jika kita sejenak memposisikan diri menjadi ikan? Kesampingkan dulu pikiran tentang dunia yang luas, karena yang mereka tau adalah berpindah dari kolam, plastik dan akhirnya masuk ke aquarium. Mereka tak punya teknologi secanggih gadget pintarmu. Boro-boro politik, penemu lampu pijar saja mereka tidak tahu. Sesekali bayangkan menjadi tanaman airnya. Sejenis anubias atau buce palandra misalnya. Hanya bisa bergerak mengikuti arus dan tak bisa stimulus dengan cepat seperti kebanyakan tumbuhan lain.
Jika demikian, bisakah sebuah ikan dikatakan bahagia di aquarium? Tentu jawabannya tidak bisa ditentukan karena ikan juga tak bisa menjawabnya dengan langsung. Yang ia tau hanya bagaimana cara bernapas menggunakan ingsang. Itupun dengan cara mempraktekannya langsung bukan melalui penjelasan di sebuah tesis atau jurnal yang bisa dibuktikan secara akademis. Semoga kalian semua berbahagia. Salam
Komentar
Posting Komentar