Ketika Aku Berhasil Menjadi Sarjana

Saya mulai tulisan ini dengan sebuah angan, "Ketika aku berhasil menjadi sarjana". Sebenarnya tidak tau mengapa, tapi mari kita bahas satu persatu sesuatu yang tak bisa saya ucapkan dengan lisan karena dengan tulisan setidaknya kita "harusnya" memiliki sedikit waktu untuk berpikir (walau kenyataan di dunia maya tidak).

Entah mengapa semakin kesini semakin bingung dan pontang-panting ketika seseorang mengucapkan kata "Skripsi". Mungkin sebagian orang mengerti dan mengalami hal serupa di kondisi seperti saya sekarang. Mahasiswa angkatan 2016 di tahun 2021. Ketika orang-orang mulai menyoal tentang pekerjaan, investasi, tempat tinggal dan penghidupan. Saya stuck pada satu titik yang sekiranya sudah saya paksakan untuk selesai. Sekiranya beberapa waktu lain ada seorang kawan menjapri saya untuk membantu mengolah data sedemikian rupa setelah PPKM selesai, malam ini pacar saya memaksa saya untuk menyelesaikannya malam ini. Bagaimana sebuah kalimat tersusun di bab 4 jika tidak ada data yang mesti dijelaskan? Sementara pengolahan data mesti dilakukan menggunakan beberapa program statistik yang rupa-rupa warnanya. Seperti pelangi-pelangi alangkah indahnya. Saya cukup mengerti ketika kawan-kawan berkelompok untuk berdiskusi tentang penelitiannya,  saya sibuk melakukan hal produktif yang lain. Seperti membuat album dan manggung sana-sini. Saya juga tau bahwa ini adalah konsekuensi saya "mangkir" dari tanggung jawab saya sebagai mahasiswa pertanian di kampus plat B yang ada di Malang. 

Seperti itulah dunia. Dituntut untuk semakin cepat. Baru-baru ini terdengar bahwa maksimal masa studi untuk mahasiswa tahun 2019 atau 2020 diperpendek menjadi 5 tahun. Entah bagaimana kualitas sarjana yang didapat dari masa studi maksimal secepat itu. Dibalik itu semua, saya tidak mau fafifu terkait esensi pendidikan. Saya menyadari bahwa esensi pendidikan sudah dikubur jauh di dalam tanah bersama jutaan korban covid-19, hanyut di kali bersama ribuan korban pembantaian PKI dan hilang tanpa bekas seperti mereka yang bersuara lantang. Dibalik itu semua, mampukah para sarjana ini memenuhi ekspektasi dunia pendidikan yang dibangun dengan faktor fundamental berupa ekonomi industri? Dengan angka, angka dan angka. 

Menarik dibahas ketika mengibaratkan manusia sebagai besi atau manusia sebagai pelaut. Ada yang mengatakan, "Terbentur, terbentur, terbentuk". Ketika melalui peribahasa ini, orang-orang dengan sudi mengatakan bahwa kampus adalah kawah candradimuka. Bahwa hanya beberapa saja yang memiliki kesempatan kuliah. Mungkin para pembaca sekalian sering mendengar celoteh ini di luar jendela kamar anda. Tapi bayangkan, ketika air dibenturkan dengan minyak, apakah pendidikan harus menjadi sabun untuk menjadikannya terlarut menjadi satu cairan? Ketika sebuah individu diibaratkan air dan kehidupan di era industri ini diibarakan sebagai minyak mungkin itu hal yang masuk akal. Bayangkan, seseorang menempuh pendidikan dan disiapkan sebagai robot-robot yang melayani industri dengan gaji yang tak seberapa dan pensiun yang lebih tak seberapa lagi. Kemudian mati terganti tanpa peninggalan apa-apa. Menyedihkan. Tapi begitulah realita dunia saat ini ketika orang-orang berhutang dan dibayar secara mencicil semudah mengeklik dunia di genggaman.

Seperti halnya pelaut. Pembaca mungkin sering mendengar, "pelaut handal tidak lahir dari samudera yang tenang". Sementara lembaga pendidikan saat ini berlomba mempercantik diri dengan ruang kelas yang nyaman. Apakah dengan fasilitas senyaman itu dapat menghasilkan SDM yang lebih optimal? Sekali lagi, apakah semua itu menjamin beberapa sarjana tau apa yang harus mereka lakukan selain pontang-panting mencari pekerjaan di negeri orang? Coba tanyakan pada rumput yang kau rondap.

Sepertinya mimpi mesti direvisi seperti halnya lagu Hujan dan Kota bahwa, "Hidup tak pasti terencana". Kehidupan tidak mengalir begitu saja. Jika mengalir dan sungai pada akhirnya bercabang, bagaimana mengetahui suatu aliran akan membawamu menuju pipa-pipa air pabrik yang kemudian diprivatisasi dan diekspoitasi? Bahkan kejelian analisa sebuah air perlu ditanyakan ketika dihadapkan pada banyak pilihan. Apapun itu setiap air memiliki perannya dan kemauanmu tidak selalu sesuai rencana. 

Orang memiliki alasan tersendiri ketika mengejar sebuah title. Ada yang menuntut ilmu, ada yang mencari kerja dan ada pula yang malah bingung kenapa mereka berada disitu. Barisan sarjana menganggur pagi ini dan kemungkinan untuk bekerja selalu ada untuk mereka yang jeli dan memiliki keahlian diatas orang lainnya. Ingat, era industri adalah era kompetisi meski rejeki tak pernah salah kepada siapa ia menghampiri.  Kemungkinan gagal dijalan selalu ada tinggal bagaimana individu tersebut menumukan titik dimana mereka bisa bangkit lagi. Hidup memang seperti ini ketika engkau berusaha merubah nasib tapi tidak diamini oligarki yang berkuasa, maka roda berputar di bawah dan sangat bawah. Oligarki kita tenang seperti layangan pada cuaca cerah dan angin yang stabil. "Anteng".

Masa bodoh dengan pemerintah dan hukum yang semakin carut marut. Ditambah penanganan pandemi yang sudah salah dari awal. Satu per satu usaha makanan dan minuman tutup. Ini adalah titik balik dari tahun sebelumnya ketika mulai menjamur tempat ngopi dan nongkrong di berbagai tempat di Indonesia. Tapi, tunggu dulu. Menurutmu, apa yang akan anda lakukan ketika kamu sudah menjadi sarjana di kondisi yang seperti ini. Mungkin bisa beri opini anda di kolom komentar atau jika sedikit panjang bisa kirim ke email saya. Opini terpilih akan mendapat oksigen gratis di pagi hari di bawah pohon rindang. Hehew~


Komentar

  1. ya memang begitu masa masa belajar di kampus cukup sulit, diakhir makin gencar tuntutan sekedar lulus dari ortu yang mengharapkan anaknya jadi sarjana, tapi setelah itu jadi kelimpungan. 1 bulan 2 bulan 3 bulan berlalu mulai muncul bisik bisik orang rumah, 1 tahun 2 tahun 3 tahun berlalu bisiknya jadi makin bising. mau tidak mau ya usaha apapun itu ga bisa terus bergantung pontang panting pun ya ga apa. memang harus bagaimana lagi

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Parade Kematian 2021

Duel Pecel Tumpang vs Pecel Lele! Fafifest Gemparkan Permusikan Kediri

Merchant PERTANIAN HARI INI sudah bisa dipesan! Take it All only 200k!!