Biru Magenta
Warna-warna kekasih dalam lembayung suara yang syahdu. Keramaian seketika berubah menjadi keheningan. Hanya ada aku dan ketenangan. Bukan perkara rupa rupawan tetapi perihal hati yang mengerti. Warna yang akhir-akhir ini dipasang di kedai yang mengusung tema chill and calm atau yang semenjak dulu sudah menjadi trademark di diskotik atau karaokean. Seharusnya setiap tempat menyediakan tempat merokok yang disertai senderan yang nyaman untuk sekedar melamun dan berkicau.
Cuit-cuit-cuit. Kadang aku juga tidak mengerti apa yang mereka omongkan dan kadang aku memang tidak mau tahu. Mulai mengerti akan pentingnya ego dari pada terus mengalah karena keputusan demi keputusan senantiasa dibuat sebagai tanda masih adanya semangat dalam diri meski pada akhirnya hanya berujung pada "yowes, yoopo maneh". Mengutip lirik lagu FSTVLST yang bertajuk gas yang berbunyi:
"Berjalan tak s'perti rencana adalah
Jalan yang sudah biasa
Dan jalan satu-satunya
Jalani sebaik kau bisa"
Seiring berjalannya lagu tersebut hingga berakhir merawat cita-cita. Hey, bukankah ia yang kukubur beberapa tahun yang lalu? Atau mungkin sebagai titik ketuk untuk membangkitkannya kembali kian dekat. Tok-tok-tok, cita-cita yang dangkal adalah cita-cita orang malas sementara cita-cita yang tinggi adalah cita-cita para pemimpi. Ah, sayangnya waktu berlalu begitu cepat ketika amarah itu meluap dari dapur magmamu.
Banyak yang ingin kutuangkan padamu malam ini, tapi coba dengar dulu lagu lagu "In Spite of All the Danger" dari the Quaerrymen yang ku cover kemarin malam. Kalaupun tidak bersedia juga tak apa. Kusediakan link untuk kalian yang malas sepertiku disini
Tenang itu bukan situs bokep atau judi online yang biasa kamu kunjungi untuk memenuhi hasrat kecanduanmu. Bergegas menuju kamar sendiri atau rooftop di perkotaan yang sekiranya tidak ada seorang pun yang mengganggu. Berupayalah untuk tenang meski sulit ditengah kondisi keuanganmu yang masih terpuruk.
Terkait warna dan cahaya ada baiknya kita lupakan saja judul dari tulisan ini. Itu hanya upaya menjelaskan foto yang dijepret setelah kawan-kawan shot pembuatan video klip di sebuah kedai di tengah perumahan. Sekarang, mulai merangkai kata untuk sebuah keputusan dan kepastian yang sedikit filosofis karena hidup ini sederhana dan yang ribet adalah filosofisnya. Ribet! Tapi masih ribet harus menemani seorang maniac shopping di kota metropolitan memilah pilih belanjaan dan berakhir tidak membeli apapun. Ingat, efesiensi iu butuh kedewasaan.
Sampai sini masih adakah yang mendengarkan tulisan ini? Dilihat dari traffic kalian sudah mulai bosan dengan tulisan omong kosong ini. Tapi tidak masalah, aku menulis bukan untuk kalian. Tapi untuk keabadian yang sejatinya tidak ada. Maka aku menulis untuk ketiadaan. (wush)
Wes
Komentar
Posting Komentar