Gebrakan Pajang Karya di Tengah Hari Tenang

      
KEDIRI- Telah berlangsung sebuah acara pameran kecil-kecilan bertajuk "Pajang Karya" pada Rabu (19/01) bertempat di Universitas Islam Kadiri. Acara berlangsung mulai jam 10 pagi hingga jam setengah 4 sore. BerTKP diantara lapangan dan mushola, diantara masa hening kampus menuju UAS, para pelaku yakni Ipunk_Death, Sugeng WM, Beno dan Semok Auu memulai melapak hingga pasca dhuhur dilanjutkan dengan diskusi kecil-kecilan menyangkut pengkaryaan.
   

        Pada awal perbincangan oleh salah satu penggagas Pajang Karya yakni Ipunk, pajang karya kali ini merupakan awal gebrakan karena semenjak ia berada di kampus Uniska belum pernah sekalipun ada pajang karya dan harapannya akan ada acara seperti ini lagi dikemudian hari. Owner dari brand Psychosis ini juga menyatakan bahwa gagasan ini juga muncul mendadak dan beberapa pelaku karya lainnya juga dihubungi secara mendadak mengingat mereka juga satu tongkrongan. 


Menjelang siang selepas sholat dhuhur, Ipunk bertindak sebagai pembuka diskusi dengan mengajak Sugeng kedepan memaparkan karyanya. Sugeng memaparkan karya foto makronya disertai mengapa mengambil gambar dengan teknik itu. Pengambilan gambarnya pun tidak menggunakan kamera belasan juta dengan lensa harga selangit, ia menuturkan bahwa foto-fotonya diambil menggunakan gawai pintarnya yang made in china. 


Kurang lebih 15 menit berlalu, acara terpaksa dialihkan ke kantin karena hujan sudah turun. Para peserta diskusi turut membantu para pelaku karya mengemasi karyanya yang satu persatu jatuh tertiup angin. Sebagian peserta yang lain menyiapkan venue dengan memesan beberapa kopi dan meminta ijin pada penjual di kantin. Setelah karya dan beberapa dagangan dari Psychosis diamankan dari hujan, diskusi pun dilanjutkan. Nampak peserta antusias dengan penjelasan Sugeng dan menanyakan sistematik fotografi smartphone yang relatif murah namun dapat menghasilkan hasil yang optimal.


Beberapa yang dijelaskan terkait penggunaan lensa tambahan dari lensa kamera bekas dan aplikasi tambahan lain untuk menunjang hasil yang optimal. Sementara itu hujan semakin deras namun diskusi tetap berlanjut dengan antusiasme peserta yang tinggi. 


Pelaku pajang karya selanjutnya adalah Benno. Benno adalah salah satu pengurus di UKM Seni Segara dan Ketua Divisi Liggayoni yang menaungi mereka yang belajar seni visual. Kali ini ia membawa karya dengan kolasenya yang dibawakan degan jenaka. Beberapa peserta diskusi dibuat tertawa dengan tingkah dan ceritanya. Konon Benno adalah sosok nyentrik dengan tiba-tiba menggambar dengan berbagai media yang ia temui dan imajinasi liarnya yang lain. Sebelumnya ia menggeluti berbagai pengkaryaan dengan alat lain seperti spidol dan pensil. Kali ini ia membawakan kolase yang syarat akan kritik namun disertai kejenakaan serupa anekdot setelah dijelaskan lebih lanjut.


Selanjutnya ada Semok Auuuu. Ryan Abiono Kusuma alias Semok adalah pelaku ketiga pada acara Pajang Karya kali ini. Mahasiswa IAIN jurusan PGMI ini membawakan beberapa karyanya dengan cat dan corak yang khas. Sekilas memang mirip gambaran anak kecil namun itulah yang menyebabkan ia melukis seperti itu. Ia suka dengan keluguan anak kecil terlebih yang hidup di desa yang tidak terlalu mengenal mobile legend. Dengan begitu anak-anak itu memiliki imajinasi yang liar dan juga mudah dibohongi, begitu kata pria yang sementara berdomisili di Ngronggo ini. Penuturan awal berupa gambar yang ia katakan paling bagus. Ia menunjukan gambar yang ia beri judul Astroboy. Gambar itu tercipta saat ia sakit dan mendengar cerita adeknya yang memiliki keinginan pergi ke luar angkasa entah kemana. Kemudian, ia juga menunjukan beberapa karya yang lumayan dan yang tidak diharapkan. Unik memang tapi begitu adanya.
    
Kemudian, penjelasan pemateri terakhir sekaligus penggagas acara ini, yakni Ipunk. Memulai dengan teknik dotting penuh kesabaran. Tuturnya perlu beberapa hari untuk menyelesaikan sebuah karya. Ia juga menjelaskan terkait Psychosis yang menjadi impiannya membuat brand sejak dahulu. Banyak pengorbanan dalam berkaryanya, mulai mengorbankan uang hidup, menggunakan uang SPP demi keberlanjutan brand hingga menggadaikan barang-barangnya. Ia juga membeberkan karya 2018 hingga sekarang dan memberikan penjelasan bagaimana proses itu berbenah menjadi lebih baik.

Acara berkahir dengan adu nasib dan terima kasih. Ipunk berharap acara seperti ini bisa berkelanjutan sebagai wujud kehausan atas sebuah penyadaran bahwa kampus bukan sebagai wadah belajar di kelas saja. Namun, juga diluar kelas seperti diskusi pengkaryaan yang melebur satu fakultas dan fakultas yang lain. Semoga acara seperti ini bisa berlanjut dan menjamur diberbagai tempat terkhusus di kota ketiga seperti Kediri maupun kota atau kabupaten yang lain. 



 

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Parade Kematian 2021

Duel Pecel Tumpang vs Pecel Lele! Fafifest Gemparkan Permusikan Kediri

Merchant PERTANIAN HARI INI sudah bisa dipesan! Take it All only 200k!!