Postingan

Malam Kelam

Gambar
Mentari terbenam Rembulan berlayar Gemerlap bintang Remang cahaya lentera Gelap tat kala tersesat Samar terlihat bayang Jelmaan bidadari kayangan Merasuk rasa dalam dada Ingin hati untuk bersua Namun apalah daya Hamba hanyalah binatang Terhina di ujung belantara Menjelma makhluk buruk rupa Terbuang dari gemerlap dunia Menghamba pada rasa Tak lebih timbulkan kecewa Kala tiada merengkuh raganya Hanya sekedar angan Harap memeluk tubuhnya Tak lebih sisakan lara Serupa rindu tak jumpa Menjadi sesal mengakar Hujan air mata Terperangah diri tersadar Hamba bukan siapa-siapa

Maha Benar Akun Anonim dengan Segala Statementnya

Gambar
Keresahan tentang akun anonim bukan perkara kebebasan berpendapat. Tapi perkara gagasan yang tidak sanggup bertatap langsung. Bukan membuktikan siapa yang paling kuat. Karena kebenaran mesti dimurnikan. Ini yang menjadi awal tersebarnya hoax sekiranya. Dimulai saya masuk ke universitas, mulai banyak berita lalang melintang terkait isu kampus. Sebagai mahasiswa baru saya tertarik dan menyusuri berbagai akun. Akun line misalnya dengan berbagai nama yang lucu-lucu dan menggelitik. Kiranya hal ini menjadi awal penggiringan opini untuk suatu tujuan tertentu. Karena saya rasa subjektifitasnya tinggi. Meski memang diakui mereka membawa data A B C dan D dari berbagai macam media. Tapi itu bukan perkara kebenaran risetnya. Saya akui riset-riset yang dilakukan mereka tidak buruk dan mengacu pada sumber yang sekiranya bisa dipegang. Tapi perkara personal yang bersembunyi menikmati drama yang terjadi. Seperti kata orang, kampus adalah sebuah miniatur negara. Dimana banyak orang-orang hebat lahir d...

Manusia Lupa

Kemilau cahaya puncak Bangga berdiri disana Bersorak sorai kesenangan Lupa diri lupa segala Yang ada hanya kesombongan Merasa paling wah Memiliki kuasa Berkehendak atas segala Hingga ia tinggal nama Tergulung ombak Terlahap api Tertimbun tanah Saat itu ia baru sadar Ia tak lebih dari segumpal darah Yang tak berdaya Ia lupa ibu bumi Ia lupa Yang Maha Kuasa Termakan hawa nafsunya Termakan ketamakannya

Melihat Laron, Melihat Indonesiaku

Gambar
Laron adalah rayap yang telah bersayap dan keluar dimusim hujan untuk mencari pasangan hidup guna melahirkan rayap-rayap generasi penerus mereka. Yang unik laron-laron beterbangan mencari cahaya lampu-lampu malam dan cenderung memilih cahaya lampu yang paling terang diantara lampu-lampu. Cahaya ada dua makna cahaya sebagai bentuk Nurillah (cahaya kebenaran Tuhan) dan juga cahaya sebagai bentuk kekuasaan. Laron-laron senantiasa mencari cahaya terang bila ada yang lebih terang lagi laron akan berpindah kecahaya tersebut. Kenekatan keberanian dalam mendekati cahaya lampu tersebut derasnya hujan hingga kematian mengancam dirinya laron-laron tetap maju hingga dapat menggapai cahaya paling terang. Namun ketika telah mencapai cahaya paling terang tersebut, laron-laron berjatuhan dan sayapnya rontok, berjalan kembali kekubangan tanah liat untuk melahirkan generasi penerusnya,dan tidak ternbang lagi menggapai cahaya tersebut karena dia menyadari dirinya tak kuat dan tak bersayap lagi. Ada dua h...

Anak-anak kita

Malam ini Kulihat anak-anak kita berlari Menuju hutan dan belukar di luar sana Menggedor batas-batas Memaksa untuk keluar Kita sebagai orang tua hanya bisa pasrah Karena kita menyusuri fase dan mengerti akan waktunya Tapi apakah anak-anak itu tahu? Siapa anak-anak itu? Ia adalah anak-anak yang lahir dari kesalahan kita Ia bernama rindu Ia menuntut temu Dan kita masih tunduk oleh jarak

Perindu

Secawan rindu yang terbalut duka Menanti temu pada jarak tak berujung Perihal aku juga kamu Yang tak lagi senada beriringan Angin meniti sela tubuhku Hening bekukan rasa yang berkecamuk Sementara bara akan terus terbakar Dalam diri yang terebah tak berdaya Berpangku dagu memulai renung Kapan rindu ini akan berujung temu? Entah

11 Jam Tidak Bertemu

Badai telah berlalu Puing-puing memenuhi jalan Banjir mulai surut Sisakan malam yang basah Ketika hujan aku berada di jendela Duduk menggigil tersapu angin Terbangkan sukma yang dambakan hadirnya usai Perpisahan bahagia Kesunyian berbisik Ucapkan mantra-mantra Sebagiannya juga petuah Menyelami lara Menjernihkan rasa Hingga menemukan diri sejati Sebentar lagi pagi datang Kokok ayam bangunkan cakrawala Menghadikan hangat Mengeringkan raga yang jenuh dengan basah Jika hidup adalah perihal lara Maka aku rela Asal bersamamu Obat dari segala lara Aku mendamba temu, manisku