Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2021

Ketika Aku Berhasil Menjadi Sarjana

Gambar
Saya mulai tulisan ini dengan sebuah angan, "Ketika aku berhasil menjadi sarjana". Sebenarnya tidak tau mengapa, tapi mari kita bahas satu persatu sesuatu yang tak bisa saya ucapkan dengan lisan karena dengan tulisan setidaknya kita "harusnya" memiliki sedikit waktu untuk berpikir (walau kenyataan di dunia maya tidak). Entah mengapa semakin kesini semakin bingung dan pontang-panting ketika seseorang mengucapkan kata "Skripsi". Mungkin sebagian orang mengerti dan mengalami hal serupa di kondisi seperti saya sekarang. Mahasiswa angkatan 2016 di tahun 2021. Ketika orang-orang mulai menyoal tentang pekerjaan, investasi, tempat tinggal dan penghidupan. Saya stuck pada satu titik yang sekiranya sudah saya paksakan untuk selesai. Sekiranya beberapa waktu lain ada seorang kawan menjapri saya untuk membantu mengolah data sedemikian rupa setelah PPKM selesai, malam ini pacar saya memaksa saya untuk menyelesaikannya malam ini. Bagaimana sebuah kalimat ter...

Moksanya Raden Wibisana

Gambar
Banyak versi pendapat tentang Moksa, tetapi saya tidak akan berpendapat tentang Moksa hanya akan bercerita tentang Moksanya Raden Wibisana dalam cerita pewayangan dimana para pembaca dapat memaknai sendiri arti adegan cerita Raden Wibisana sebelum Moksa (Mangkat). Dalam cerita pewayangan lakon "Wahyu Makutharama" terdapat adegan Raden Wibisana sebelum mangkat (moksa), beliau harus mengeluarkan Saudara halusnya (saudara gaib) yg berjumlah empat yang berupa, Nafsu-4, yang juga dikenal dengan Sedulur Papat ( 4 Saudara Halus) ng lahir bersama jabang bayi yang menyertai selama hidupnya. Mereka mempertanyakan, mengapa kami dikeluarkan dari dirimu Raden? Dijawab oleh Sang Pangeran bahwa, mereka tidak diperlukan lagi dalam kehidupan berikutnya, karena Sang Pangeran akan segera mangkat selanjutnya akan hidup di alam rohani.  Dijelaskan kepada para saudaranya bahwa, jika kalian tetap ikut aku, maka, diriku tidak bisa meneruskan perjalanan ke alam rohani, manunggal (menya...

Negeri Carut Marut, Semua Ribut

Gambar
Dipojok itu aku memandang mendengarkan Orang - orang kaya berkata tentang protokol kesehatan Orang - orang miskin bertanya bagaimana agar anak istrinya tak kelaparan Aparatur Negara berbicara soal kebijakan Orang - orang kaya teriak tentang ketakutanya tertular pandemi mematikan Orang - orang miskin berkata kematian bagi kami sama saja, mati kelaparan atau mati karena pandemi yang katanya mematikan Aparatur Negara menyampaikan Aturan harus di jalankan. Orang - orang kaya berkata berdialog tentang bisnis yang tak jalan. Orang - orang miskin berteriak kami kelaparan bantuan tak kunjung datang, kami mencari uang kami dipidanakan katanya melanggar aturan Aparatur negara berkata tegas Dengan atau tanpa Paksaan Aturan harus di tegakan. Ya, semuanya menemui jalan buntu dan berakhir dijalanan Di Negeri carut marut semuanya ribut. Dinegeri carut marut semua saling sikut. Kehancuran kehidupan adalah ketika semua teriak dan merasa saling benar akhirnya perang dan saling serang. Lalu ...

Parade Kematian 2021

Gambar
Kematian demi kematian datang silih berganti. Begitu mereka bilang "musim orang mati". Mulai mitos keranda terbang hingga fakta kematian akibat virus yang tinggi. Kembali lagi saya tegaskan bahwa kematian bukanlah tragedi, namun penyebab kematian itulah yang harus dicermati dan diselidiki. Banyak orang mati tua, juga tak sedikit mereka yang mati muda. Memang syarat mati tak harus tua dan juga tak harus sakit. Semua bisa dijemput kapan saja dan dimana saja. Ada yang mati kelaparan di gubuk reot penuh tagihan hutang, ada pula yang mati di pangkuan kekasih.  Ketika manusia lahir, mereka memulai proses kematian mereka. Meski mengetahui itu semua, manusia tetap menempatkan kematian sebagai terror terbesar, meskipun sebagian mereka menghiraukan perkara maut demi menghidupi hal yang mereka sayangi. Ada kawan berkata, "Jangan mati dulu, jika kamu mati, orang yang kamu sayangi akan kehilanganmu". Entah disadarinya atau tidak, proses mencintai mestinya tak menuntu...

Tenanglah Sejenak

Gambar
Tenang. Tenanglah sejenak. Aku cukup mengerti perenung sepertimu tak temukan tenang di dalam hidupmu karena kau sibuk merenung. Tenanglah sejenak. Berbaringlah di sebelahku. Melihat awan berarak tertiup angin kemarau. Meletakan dunia sejenak tepat di meja di sebelahmu. Tak usah pikir dia dulu. Sekarang kita sedang terbang diantara awan-awan itu. Menembusnya seperti anak-anak yang bermain gelembung di pasar malam. Sesekali, ketika menemukan Cumolonimbus, kita sejenak menyeduh teh diatasnya dan melihat kehidupan di bawah. Tak perlu bingung jika kurang manis, awan-awan itu kumpulan permen kapas yang manis. Meski begitu, jangan terlalu banyak karena usiamu sudah tak cukup muda lagi, takutnya diabetesmu nanti kambuh. Di atas awan ini aku tak akan banyak bicara karena awan ini sedang menyiapkan badai untuk samudera. Jika aku banyak bicara takutnya gemuruh guntur itu akan berubah jadi tornado seperti yang sering menyerang negara-negara bagian utara. Meski begitu, menarik juga menj...