Harum Haru Taman dari Celah Gerimis
Nasib serupa taman bunga. Sejumlah wangi kesunyian menyeruak dan ditengahnya beriak sebuah telaga yang memantulkan rona wajah dengan gurat umur terlukis. Sebelum tertikam kantuk dan melarung mimpi di penghujung hari, seorang berpesan akan cermin yang kian retak. Menjadikan sukma kian samar adanya. Beduyun-duyun menyuapi selaksa peristiwa. Kian kalut mewarnai mimpi anak negeri. Bukan tak peduli. Telinga ini rasanya tak ingin mendengar gelak tawa para peraga dibalik altar. Sementara kesedihan menggerogoti relung hatinya. Ia telusuri jalan dibentangkan keindahan yang menyelinap diantara kini dan nanti. Menerjang badai agonia, menceburkan diri ke telaga sunyi, menari bersama irama musim dan diiringi mewangi kicau burung sebagai garis sajakNya. Rupanya ia menapaki jalan terjal kehidupan yang dalam. Menyelami palung tanpa dasar, mendaki gunung tanpa puncak. Acap kali orang-orang berkata bahwa hidupnya penuh kesia-siaan. Bunga-bunga di kebun belakang mulai melakukan kebiasaan sehari-...