Postingan

Ijinkan Aku Mati Malam Ini

Gambar
Ijinkan aku mati malam ini.  Biarkan waktu menguburku dalam liang kehidupan.  Biarkan kata-kataku menyumpal mulutku.  Begitu juga penglihatan menutup mataku dan suara menyumpal telingaku. Biarlah pikiranku menjadi algojo atas kematianku sebelum pikiran itu membakar sel-sel pada kulitku. Ijinkan segala rasa bersalah ini luruh bersama aliran darahku. Begitu sisa pelukan kekasih yang dulu menyayangiku. Aku tidak pantas mati dalam kedamaian Aku pun juga tidak pantas mati dalam balutan kasih sayang Ijinkanlah aku mati saat ini Setidaknya hingga beberapa bulan kedepan Aku tak ingin melihat dunia semakin tua Juga umurku yang semakin berkurang dalam kesia-siaan Maaf jika diluar sana masih ada seseorang yang tulus Aku tak sanggup melihat masa depan ketika pesta esok adalah awal dari kematian orang-orang yang aku sayangi Maka biarkanlah aku menebus kematian mereka Dalam malam yang gelap Juga diriku yang hina

Bom Waktu bag 2

Gambar
"Sudahlah, kau seperti habis terbentur saja" "Kau menuduhku macam-macam" "Habis omonganmu semakin ngelantur" "Ini efek barang yang kau beri" "Ya sudah, setelah ini tidurlah" *Beranjak menuju kamar* "Dimana kau letakan surat-surat itu?" "Yang kau beri kemarin?" "Yang mana lagi?" "Di brankas" "Memang kita punya berangkas?" "Kita punya. Dulu kau gunakan untuk menyimpan dokumen penting dan beberapa kilogram emas" "Kapan kita punya emas?" "Sebelum pelipismu terbentur cukup keras dan kau tidak linglung seperti ini" "Seingatku dulu pernah punya pistol. Sekarang dimana?" "Polisi menyitanya setelah ia menangkapmu dalam kasus pembunuhan" "Siapa yang kubunuh?" "Kau benar-benar tak ingat apa-apa?" *Menghisap marijuana* "Aku benar-benar lupa. Terakhir yang ku ingat aku dibisiki oleh seorang yang tak asing terkait b...

Bom Waktu: bag 1

Gambar
"Apakah kau telah menemukan bomnya?" "Dimana kau tau ada sebuah bom?" "Ssshhhh" *Senyap* "Apa yang kau dengar?" "Aku tidak mendengar apapun kecuali suara meteran listrik kita yang terus mengamuk sedari kemarin" "Ssssshhh" *Senyap kembali* "Ada apa denganmu?" "Dengar baik-baik!" "Aku tidak mendengar apapun kecuali itu tadi ditambah suara jerit tangis anak tetangga yang mengeluh kelaparan" "Apa ada nasi di belakang?" "Tidak, beras terakhir kita hanya cukup untuk makan tadi pagi" "Besok kita makan apa?" "MAKAN JANJI MANIS OLIGARKI!" "Ssshhhh, jangan keras-keras" "Ada apa denganmu? Tidak biasanya kau seperti ini" "Sudah kau temukan bomnya?" "Kau sudah gila ya? Setelah menganggur 3 bulan akibat PHK sepihak tanpa pesangon? Motor sudah kau jual, akta rumah kau gadaikan, segala yang bisa kau jual kau jual. Sekarang tida...

Luka dan Kecewa

Gambar
Malam yang panjang. Sepanjang perjalanan penuh lubang dan cobaan. Bergelut dengan angin dan sesekali jatuh dalam lubangnya. Semalam hawa dingin menerpaku cukup kencang sebelum akhirnya menuju kota dan deritanya. Sembari membawa sekardus harapan sebagai permintaan maaf dan seonggok jasad ini yang penuh keluh kesah. Kini aku semakin sadar bahwa aku hanyalah manusia yang penuh dengan kekurangan.   Kedatanganku disambut wajah murungmu, kekasih. Tanpa ada sebesit senyum di bibirmu, sebagai tandamu terima maafku. Aku sadar rasa khawatirmu terhadapku ketika ban motorku berselisih dengan ban truk-truk besar yang tak jarang membuatku goyang. Juga ketika kendaraanku terbang tat kala tancap gas menuju ke arahmu. Mungkin memang semua itu hanya sekedar khawatir, maafku tak sanggup mengubur rasa kecewamu. Jalananmu semakin sunyi ketika engkau tak mampu menjawab makan dimana. Aku yang hanya membawa sepeser rupiah tak mampu berbuat banyak. Sementara kau menaruh harap pada seorang ...

Sebelum Bunga Ini Layu

Gambar
Ini bunga pukul tujuh. Seperti kita yang mekar dan terkuncup di sebagian waktu.  Merawat kebusukan dari lawan bicara tat kala amarah membakarmu dan melupakan semua kebaikannya bagaikan angin lalu. Pada saat itu kita terlahir sebagai pendendam yang ulung. Seperti halnya kisah-kisah peperangan di buku dongeng yang terlahir dari dendam. Pada sebuah malam yang sunyi,  kita menganga diantara bintang-bintang. Pada sebuah malam yang dingin, kita dipeluk hangatnya kenangan. Pada sebuah siang yang menyengat, kita dibakar pada realita kehidupan yang syarat akan krisis dan derita. Akan tetapi, suatu ketika kutemui dirimu dan ketulusanmu menemui ekor mataku sembari bertutur tentang anak-anak kita yang lahir dari setiap ucapanku. Sepertinya tidak ada lagi yang diharapkan dariku, seorang yang telah lama mati terbakar amarahmu dan telah merenggut segalanya darimu. Bukankah tutur katamu yang tajam sering kali membawaku pada realita akan pahitnya suatu hukum timbal balik semesta....

Sepotong Surat kepada Kekasih

Gambar
Kepada kekasih, kuhaturkan sepucuk kata ini untukmu. Sebelum semua aku jelaskan tentang samudra penuh ombak, sekiranya kita perlu memahami makna terdalam dari kesunyian dan kesepian yang merongrong alam pikiran kita. Kasihku, kita telah gagal dalam hidup menghamba pada yang sejati, ketika kita masih disibukan tentang hitungan dan angka. Kita masih gagap dalam berkaca, sementara lisan kita semudah itu menghakimi yang bukan kita. Kasihku, dunia tidak perkara hitam dan putih. Kita tak akan mengerti jika kita memang tak tak mau mengerti. Kita hanya memahami sesuatu yang mau kita pahami, sehingga kita abai dalam mengatasi masalah yang sejatinya tidak kita inginkan. Mungkin aku terlalu banyak menjelaskan sesuatu secara bias. Tapi lihatlah kenyataan itu, kekasih. Kita dilahirkan pada kenyataan kelabu, sementara hati kita masih keruh dengan segala hal rancu yang kita buat sendiri.  Sebelum aku melanjutkan, apakah kamu membuatkan aku secangkir teh hangat? Aku ingin meminumnya be...

Warung Kopi itu Bernama Latarariman

Gambar
Semalam (13/11) bersama segerombolan crew Gerdu Laot melakukan serangan balik ke Latarariman. Bertepatan malam Sabtu Wage dan hari libur Gerdu Laot, 5 orang yakni Daffa, Ubeb, Atiq, Yusuf dan Toni juga1 kucing bernama Cino berangkat bersama menuju desa Pandantoyo, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri tempat Latarariman berada. Sesampainya disana, nampak seorang kawan bernama Adhan yang ungkapnya rumahnya tak jauh dari sana (padahal ya masih belasan kilo) sedang bercengkrama dengan kawannya. Setelah sampai, punggawa Gerdu Laot langsung menyampiri mas Dika, pemilik Latarariman itu sendiri. Kesan awal ketika mengunjungi Latarariman yakni memberi suasana hangat bagi setiap pengunjungnya. Konsep rumah kuno terasa kental memberi kesan menenangkan terutama ketika mengunjunginya di malam hari.  Pelayanan yang ramah dan juga sering diadakannya acara live music disini membuat warung ini menjadi alternatif pilihan untuk menghabiskan malam bersama kawan-kawan. Akses menu...